Hari Nyepi di Bali, Banyak Warga Memutuskan Mudik – Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia dan ibu kota Denpasar. Bali adalah salah satu wilayah yang berada di pulau di kepulauan Nusa Tenggara. Pada awal kemerdekaan Indonesia, pulau ini termasuk dalam Provinsi Soda yang beribukota di Singaraja, kini terbagi menjadi tiga provinsi yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Hari Nyepi di Bali, Banyak Warga Memutuskan Mudik
hillbuzz – Penduduk Bali sekitar 4.236.983 (2019) yang sebagian besar (86,91%) beragama Hindu. Agama lain termasuk Islam (10,05%), Kristen Protestan (1,56%), Katolik (0,79%), Budha (0,68%), Konghucu (0,01%) dan Iman (kurang dari 0,01%).
Selain pariwisata, masyarakat Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, pertanian yang paling terkenal di Bali adalah Suba pengekangan. Beberapa orang juga memilih menjadi seniman. Bahasa Indonesia, Inggris dan Bali merupakan bahasa yang digunakan di Bali terutama yang bergerak fokus di bidang pariwisata.
Menjelang Hari Raya Nyepi, sebagian masyarakat yang bekerja di Bali memanfaatkan libur panjang Isra’Mikraj 2021 untuk mudik ke Jawa dikarenakan ekonomi yang tidak seimbang di masa pandemi ini. Mereka berbondong-bondong dari Gilimanuk di Bali ke Ketapang di Banyuwangi. Meski begitu, hari raya Isra Mikraj dan lalu lintas menuju Nyepi tidak akan meningkat secara signifikan. Keluar masuk kapal mayoritas di dominasi kendaraan bermotor roda dua. Kira-kira roda empat juga membuat liburan kali ini semakin aktif.
Libur panjang yang tidak ada pendapatan bagi beberapa kalangan para perantau memang dimanfaatkan warga yang tidak merayakan Nyepi kembali ke kampung halamannya. Menurut Serly, selama ini di Nyepi, tidak banyak rekan yang pulang. Akibat pandemi COVID-19, beberapa rekannya menabung.
PT ASDP Indonesia Ferry cabang Ketapang Banyuwangi akan menutup sementara titik perlintasan perbatasan dari Jawa ke Bali untuk memperingati Hari Raya Nyepi India di Bali. Sebanyak 350 personel gabungan akan mempertahankan pelabuhan Nyepi dan lokasinya di Banyuwangi. Penutupan pelabuhan sementara pada Hari Raya Nyepi akan berlangsung mulai 14 Maret 2021 hingga 15 Maret 2021
banyak sekali kegiatan yang terjadi sebelum hari raya nyepi berlangsung. nyepi adalah hari raya yang selalu dirayakan umat hindu setiap tahunnya. Nyepi adalah Hari raya hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari ini adalah hari Tilem Kesanga (IX) yang dipercaya sebagai hari untuk menyucikan para dewa yang berada di tengah lautan dan membawa sari Amet air hidup. Karena itu, umat Hindu menyembah mereka dengan suci.
Baca Juga : Keuangan Syariah Dievaluasi Akan Di Evaluasi Setelah Peringatkan Wakil Presiden
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983 yang dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 1983, Hari Waisak dan Hari Raya Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Nyepi berasal dari kata sepi (diam, diam). Hari Raya Nyepi sesungguhnya adalah sebuah perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender coca, yang dimulai pada 78 M. Berbeda halnya dengan perayaan seperti Tahun Baru Kristen, Tahun Baru Saka yang ada do Bali di awali dengan menyepi. Jadi tidak adanya aktivitas seperti hari biasa. Semua kegiatan dibatalkan, termasuk layanan publik, seperti penutupan bandara internasional, tetapi tidak berlaku untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah berdoa di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk memurnikan Bhuana Alit (kemanusiaan / mikro) dan Bhuana Agung / alam semesta besar (alam semesta). Sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan serangkaian ritual, khususnya di Bali.
Tiga hingga dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan pemurnian dengan melakukan ritual Melodi atau yang juga dikenal dengan Mekiyis. Pada hari itu, semua sarana shalat di pura (tempat suci) diarak menuju pantai atau danau, karena laut atau telaga adalah sumber air suci (tirta amerta) yang dapat menyucikan segala leteh (kotoran) pada manusia dan alam.
Pada hari sebelum Nyepi, “hari kesembilan orang mati”, umat Hindu melaksanakan ritual Buta Yadnya pada semua lapisan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, Bangal, desa, daerah, dll, sesuai dengan kemampuannya melakukan kesalahan jenis dari caru (dedikasi A). Yadnya yang buta diberi nama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (tengah) dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecupdate sendiri merupakan produk purifikasi / pemarisuda Buta Kala, dan diharapkan semua leteh (de polusi) hilang sama sekali. Caru ditempatkan di setiap ruangan, termasuk 9 nasi bungkus / bungkus (lima) warna dan lauk pauknya, seperti ayam brumbun (multiwarna) dan lauk tetabuhan arak / tuak. Buta Yadnya ini dikirim ke Raja buta, Batara Kala dan Buta Kala dengan mengharapkan supaya mereka tidak mengganggu rakyat.
Mecaru kemudian diikuti ritual pengerupukan, yaitu menebar padi tawur, memberi obor di setiap rumah dan seluruh pekarangan, menyemprot rumah dan pekarangan dengan mesiu, dan memukul benda apapun (biasanya kentongan) hingga mengeluarkan suara yang besar. Langkah-langkah untuk melakukan tahap ini adalah mengusir Buta Kala dari rumah, pekarangan dan lingkungan sekitarnya. Khusus di Bali, para pengrupukan biasanya digairahkan oleh pawai ogoh-ogoh, yaitu penampilan Buta Kala yang diarak di sekitar lingkungan dan setelah itu dibakar. Tujuannya dari acara ini sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
puncak hari nyepi pada hari kedua, di Sasih Kedasa di Penang, Penang (1 Oktober, hari pertama), datanglah Hari Raya Nyepi yang sesungguhnya. Pada hari ini, suasananya sudah mati. Tidak ada kesibukan seperti biasanya. Pada hari ini umat Hindu menampilkan Penyepian “Catur Brata” yang meliputi amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau dengan menghidupkan api), amati lelungan (tidak bepergian), amati karya (tidak bekerja), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Dan mereka yang juga bisa berlatih pantang, burata, yoga, dan dua kendaraan. Pada hari ini umat Hindu sama sekali tidak melakukan aktivitas sehari-hari, dan lingkungan terlihat sepi, persis terlihat seperti kota mati, tanpa lampu, dan semua orang diam di rumah.
Baca Juga : Fakta Lampiran Perpres 10/2021 soal Investasi Miras
Oleh karena itu, untuk awalan yang baru, ini sebenarnya dimulai dengan halaman putih bersih baru. Yayasan ini digunakan bahkan di awal kehidupan di Tahun Baru Caka, jadi semua yang kami lakukan dimulai dengan kehidupan yang murni dan bersih. Setiap orang yang berpengetahuan (berjuang tattwajñana) melakukan brata (ikatan keinginan), yoga (menyambungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (kebiasaan kesabaran menderita) dan samadi (menyatu dengan Tuhan) Tujuan akhirnya adalah kemurnian) di dalam dan di luar). Bagi umat Hindu, semua itu merupakan persiapan internal untuk menghadapi tantangan hidup di tahun baru.
Rangkaian terakhir perayaan Tahun Baru Saka adalah HUT Ngembak Geni yang jatuh pada “pinanggal ping kalih” (kedua) Sasih Kedasa (bulan kesepuluh). Di hari ini, Tahun Baru Saka memasuki hari kedua. Umat Hindu mempraktikkan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, saling berterima kasih dan memaafkan (ksama), dan memulai tahun baru. Inti dari Tharmwa Santi adalah filosofi Tattwamasi, yang meyakini bahwa setiap orang di setiap penjuru bumi adalah pencipta Ida Sanghyang Widhi Wasa dan harus saling menyayangi serta memaafkan segala kesalahan dan kesalahan. Hidup Harmoni dan hidup dengan prinsip kedamaian.